hostmysaas.net – Video deepfake yang memperlihatkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berbicara dalam bahasa Mandarin telah beredar di media sosial. Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan bahwa video tersebut dikategorikan sebagai disinformasi dan dibuat menggunakan teknologi rekayasa.
Apa itu Deepfake


Menurut Menkominfo Budi Arie Setiadi, video tersebut merupakan hasil dari pengeditan menggunakan kecerdasan buatan (AI) deepfake dan tidak benar. Teknologi rekayasa menggunakan AI untuk menciptakan video atau audio yang sepenuhnya baru, dengan tujuan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terjadi dalam kenyataan.
Istilah deepfake berasal dari algoritma pembelajaran mendalam yang belajar untuk membuat konten palsu dari orang asli. Rekayasa dibuat dengan menggunakan dua algoritma AI yang berbeda. Algoritma pertama menciptakan replika gambar atau video asli, sedangkan algoritma kedua mendeteksi apakah replika tersebut palsu atau tidak. Dalam video rekayasa, suara seseorang dapat direplikasi dengan memberikan data audio asli kepada model AI untuk ditiru.
Deepfake, seringkali digunakan untuk tujuan jahat, seperti memproduksi informasi palsu atau merendahkan seseorang secara politik. Oleh karena itu, penggunaan rekayasa dalam konteks politik menjadi kekhawatiran, terutama dalam masa kampanye pemilihan umum.
Menkominfo Budi Arie Setiadi mengingatkan akan potensi adu domba menggunakan AI rekayasa dalam pemilihan umum 2024. Dalam rangka mengawasi potensi tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika sedang melakukan kajian mengenai regulasi AI, termasuk dampak dan etika penggunaannya.
Dalam konteks menghadapi deepfake, penting bagi masyarakat untuk menjadi kritis dalam memilah informasi yang diterima. Pemerintah juga perlu meningkatkan pemahaman dan kesadaran publik tentang potensi bahaya rekayasa serta mengembangkan mekanisme untuk mendeteksi dan menanggapi konten rekayasa.
Untuk melindungi diri dari dampak negatif deepfake, diperlukan upaya bersama antara pemerintah, lembaga penyiaran, platform media sosial, dan masyarakat luas. Berbagai langkah seperti peningkatan kesadaran publik, pengembangan teknologi deteksi, dan pembentukan regulasi yang ketat dapat membantu melawan penyebaran rekayasa.
Dalam hal ini, edukasi publik menjadi kunci penting dalam mencegah penyebaran deepfake yang merugikan. Masyarakat perlu dilengkapi dengan pengetahuan tentang cara mengenali dan membedakan konten rekayasa yang asli dan palsu.
Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat dan kesadaran yang tinggi, kita dapat melawan dampak negatif deepfake dan menjaga keaslian informasi dalam era digital yang semakin maju.
Deepfake pertama kali dikenal pada tahun 2017, ketika seorang moderator Reddit membuat subreddit yang disebut “deepfakes” dan mulai memposting video yang menggunakan teknologi penukaran wajah untuk menyisipkan wajah selebritas ke dalam video porno yang sudah ada. Langkah itu mengundang kecaman dan panggilan untuk tindakan, terutama dari para korban rekayasa.


Namun, rekayasa dapat memiliki dampak besar tidak hanya pada individu, tetapi juga pada politik dan masalah sosial yang lebih besar. Misalnya, pada tahun 2018, rekayasa dari perusahaan teknologi Cognizant menunjukkan presiden AS Barack Obama mengeluarkan pernyataan kontroversial. Meskipun rekayasa itu sendiri tidak memiliki dampak nyata, kontroversi yang dihasilkan menciptakan kekhawatiran atas potensi penggunaan rekayasa video dalam pemberitaan palsu atau propaganda politik.
Penting untuk diingat bahwa deepfake bukan sekadar isu teknologi, tetapi juga isu sosial dan politik yang membutuhkan solusi kolektif. Selain edukasi publik, penting bagi pemerintah dan platform media sosial untuk mengambil tindakan yang tegas untuk memerangi penyebaran rekayasa.
Langkah-langkah ini dapat mencakup memperkenalkan regulasi yang lebih ketat, meningkatkan transparansi dalam iklan politik dan memperluas upaya pemantauan konten palsu. Sebagai individu, kita juga dapat meningkatkan kesadaran tentang deepfake dan menghindari membagikan atau mendukung konten yang kita tahu palsu atau bahkan mencurigakan.
Dalam dunia yang semakin digital, rekayasa dapat menjadi ancaman serius bagi kepercayaan kita pada media, data, dan demokrasi. Namun, dengan upaya dan kolaborasi yang tepat, kita dapat menemukan cara untuk melindungi diri kita sendiri dan mencegah penyebaran konten palsu dan merusak.
Akhir kata, deepfake adalah sebuah teknologi yang dapat berdampak besar pada individu, politik, dan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, kita perlu memahami bagaimana rekayasa bekerja, dan bagaimana kita dapat melindungi diri kita dari dampak negatifnya. Melalui pendidikan, kesadaran, dan tindakan yang tegas, kita dapat memperkuat kepercayaan dan menjaga keaslian informasi dalam era digital yang semakin maju.